-->
 

Bali Artilce

 

Bali Article
Bali Hotels Area
Bali Article
.
Bali Article
Bali Article
Welcome to Bali Article
Reinkarnasi, Punarbhawa
Senin, 06 Oktober 2008

Reinkarnasi, Punarbhawa tidak terbatas ruang dan waktu, karena di alam roh tidak dikenal roh Arab, India, Cina, Bali dsb. Yang ada hanyalah roh besar, yang akan mengecil ketika mengisi wadag yang kecil, seperti semut misalnya; dan ia akan menjadi besar ketika mengisi wadag, seperti gajah. Roh tidak mengenal masa lampau, masa sekarang maupun masa depan; karena roh tidak terpengaruh oleh ketiga masa itu. Pedanda menegaskan bahwa punarbhawa tidak selalu terjadi dilingkungan keluarga saja, atau berasal dari leluhur. Punarbhawa bisa terjadi dari seluruh manusia di permukaan bumi ini. Bahkan punarbhawa bisa terjadi dari mahluk-mahluk lain, selain manusia.
Roh itu ibarat sekumpulan awan yang kemudian berubah menjadi titik-titik air hujan yang kemudian jatuh, ke bumi. Ada yang jatuh di laut, ada pula yang jatuh di darat. Dan titik air haujan, baik yang jatuh di laut maupun di darat sulit dikenali lagi karena sudah bercampur dengan air laut dan tanah. Baik air hujan yang jatuh di laut maupun di darat, nanti pada akhirnya berkumpul di laut juga. Yang jatuh di laut berarti kembali ke asal, karena awan berasal dari penguapan air laut, sedangkan yang jatuh di pegunungan akan menjadi tirtha. Manusia mati ibarat uap setitik air laut (roh individual) yang karena ringan naik keangkasa dan berkumpul dengan uap air-air laut (berbagai roh), membentuk awan (roh besar), yang lalu karena berat oleh muatan beban (karma wasana masa lalu), lalu jatuh kembali (punarbhawa) ke bumi. Gambaran ini merupakan gambaran perjalanan roh melalui punarbhawa yang tiada habisnya, sampai ketika suatu saat semua beban-beban yang memberatkan sang roh hilang lenyap, maka ia tidak akan jatuh lagi, tetapi menyatu dengan Hyang Widhi menuju moksa.
Oleh karena itu dalam pustaka Sarasamuccaya disebutkan, berbahagialah hidup menjadi manusia, karena dengan perbuatan baik akan mampu memperbaiki perbuatan buruk. Dan ini akan menjadi modal untuk kehidupan nanti melalui punarbhawa. Cerita tentang pelajaran punarbhawa ini disebutkan dalam pustaka Agastya Parwa (sebuah parwa aliran Siwa), melalui percakapan antara Bhagawan Agastya dengan putranya. Dan percakapan antara sang Bhagawan dengan putranya juga menjadi pelajaran untuk kita agar selalu terjadi komunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya.

Punarbhawa di Bali
Pembuktian punarbhawa yang gamblang dan mudah dimengerti terdapat dalam keseharian kehidupan beragama umat HIndu di Bali. Untuk bayi yang berusia 12 hari sudah saatnya dicari sang punarbhawa-nya, yang menitis pada sang bayi; untuk mencari “sapa sira sane rawuh”. Umumnya akan didapat informasi tentang seseorang yang ingin “ngidih nasi” di keluarga ini ini melalui kelahiran sang bayi. Sebuah contoh kejadian nyata di India Selatan, seorang anak perempuan bernama Shanti Devi yang mampu mengenali benda-benda yang pernah dimilikinya dalam kehidupan sebelumnya di India Utara. Ia masih mengenali tempat-tempat tertentu dengan benda-benda tertentu, serta mengenali orang yang pernah hidup bersamanya.
Di Bali, setelah seorang anak dewasa, maka orang tuanya akan melihat betapa sang anak memiliki karakter, lagak dan gaya yang sama dengan seseorang yang mereka kenal tetapi sudah meninggal. Misalnya sang anak kelakuannya mirip dengan sang kakek atau nenek yang sudah almarhum. Ini merupakan cara mudah untuk meyakini eksistensi punarbhawa sebagai salah satu sradha umat Hindu.

Hidup Saat Ini
Kehidupan saat ini ibarat menulis permohonan untuk perjalanan kehidupan yang akan datang. Kita bersyukur kalau kehidupan nanti masih bisa menggunakan badan manusia, jangan sampai memakai badan binatang. Oleh karena itu harus diingat bahwa semua indrya ini adalah pinjaman dari Hyang Widhi; termasuk tubuh ini. Sehingga kalau kita tidak mampu memelihara “barang” pinjaman ini, maka kita pasti akan diberikan badan yang lebih jelek lagi; misalnya badan binatang atau tumbuh-tumbuhan. Dengan mengingat betapa “kecilnya” manusia ini dibanding dengan ciptaan yang ada di alam semesta ini, maka hendaknya manusia selalu sadar; bahwa semua ini akan berakhir, dan kita semua akan kembali menuju-Nya; untuk mengembalikan semua barang pinjaman tadi dan sekaligus mempertanggung-jawabkannya. Punarbhawa sebagai salah satu sradha yang harus selalu diyakini oleh umat Hindu, dan dipahami juga bahwa punarbhawa kita yang sekarang ini adalah proses untuk menuju punarbhawa berikutnya yang lebih baik.(gading sewu)

posted by Bali @ 18.49  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Bali
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Bali Article
Page Rank

Free Alexa Rank Checker Script

© 2006 Bali Artilce .Bali Information by back