-->
 

Bali Artilce

 

Bali Article
Bali Hotels Area
Bali Article
.
Bali Article
Bali Article
Welcome to Bali Article
Gita Untuk Piodalan
Kamis, 25 September 2008


Kidung, Wargasari, Wirama, kirtana, bajan, pesantian adalah persembahan para bhakta kepada Tuhan dengan menyanyikan lagu-lagu suci. Menyanyikan lagu-lagu seci dengan penuh rasa ketulusan, rasa bhakti dan rasa sujud adalah salah satu dari 9 cara bhakti (Nawa Bhakti) kepada Tuhan selain dengan cara SRAVANA, mendengarkan kisah-kisah suci, SMARANA, merenungkan Tuhan, PADASEVANA, memuja kaki Tuhan, ARCHANA, memuja didepan wujud/simbol Tuhan (arca) VANDANA, menyebut-nyebut nama Tuhan atau japa mantra, DASYA, menganggap diri sebagai pelayan Tuhan, SAKHYA, menganggap diri sebagai sahabat Tuhan, ATMA NIVEDA, penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tidak semua lagu disebut lagu suci, tapi yang mengandung nama-nama Beliau, ayat-ayat suci/suatu mantra, pengagungan, pujian, dan sebagainya.

Nyanyian yang akan kami persembahkan ini memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:

Pertama, bukan sekedar lagu, tapi benar-benar lagu suci sebab merupakan mantra yang dilagukan, mengandung pujian kepada nama/gelar Tuhan seperti: Siwa, Ganesha, Durga, Saraswati, dan sebagainya. Jadi sambil bernyanyi para bhakta sekaligus melakukan Japa mantra dan juga merasakan getaran/vibrasi dari Dewa yang dilagukan tersebut. Untuk itu para bhakta tentunya bernyanyi dengan sungguh-sungguh, penuh perasaan dan rasa tulus seakan-akan Dewa yang bersangkutan hadir di depan para pemuja/penyanyi.

Kedua, lagu-lagu tersebut menggunakan Bahasa Sansekerta, yaitu bahasa yang digunakan dalam Veda, kitab suci agama Hindu. Sambil menyanyi, para umat dapat belajar mengenal kata-kata Sansekerta: cara pengucapan, arti/maknanya. Lambat laun umat tidak takut lagi belajar Mantra yang pada umumnya berbahasa Sansekerta.

Ketiga, lagu-lagu tersebut berirama seperti dangdut dan pop, sehingga akan memudahkan bagi umat untuk belajar dan menyanyikannya. Begitupula umat seperti anak-anak muda akan dengan mudah untuk tertarik menyanyikannya. Perlu kita ingat bahwa irama dangdut yang banyak disukai orang banyak memperoleh pengaruh dari lagu-lagu India.

Ke-empat, lebih universal dan sebagai sarana pemersatu. Tidak seperti kidung-kidung suci selama ini yang lebih banyak berbahasa Bali (halus) dan Jawa Kuno yang tentunya lebih sulit bagi suku-suku lain, sperti suku Jawa, Dayak, India dan sebagainya. Mereka tentu agak sukar merasakan getaran dari lagu tersebut. Orang Bali saja yang tinggal di luar Bali, terutama yang dibesarkan di luar Bali akan sulit untuk mempelajari dan mengartikan lagu atau kidung tersebut. Apalagi banyak yang mampu menyanyikan, tapi tidak tahu arti dan maknanya. Dengan lagu-lagu yang berbahasa Sansekerta ini, maka diharapkan menjadi sarana persatuan atau lagu standar bagi seluruh umat Hindu dimanapun dan suku apapun mereka.

Alangkah baiknya agar kita tidak cepat-cepat apriori dengan menuduh ke India-Indiaan dan sebagainya. Kita lupa bahwa budaya (Bali) khususnya seperti lukisan, bangunan, tarian, dan sebagainya banyak memperoleh pengaruh dari luar terutama sekali India dan Cina. Kita sering lupa bahwa berbagai karya kidung, kekawin, cerita, dsb yang didasarkan pada kisah Mahabharata dan Ramayana dan ingatlah pula bahwa agama Hindu berasal dari India ! Kita sering menolak beribadat dengan cara yang ”katanya” ke India-Indiaan, tapi kita sangat senang dengan film India dan dangdut. Maha Rsi Markandeya yang menanam panca datu pembangunan Pura Besakih konon berasal dari India.
Begitupula adanya tuduhan bahwa berbagai lagu dan mantra adalah milik suatu aliran atau sampradaya, apakah itu Krishna, Siwa, Sakti, dan sebagainya. Kita lupa bahwa ”aliran Hindu” Bali (Indonesia), juga merupakan salah satu sampradaya/aliran Hindu dengan ajaran Siwa Sidhanta (bersumber di India Selatan), sebagai inti yang bercampur dengan berbagai aliran/sampradaya seperti: Sakti/Tantra, Ganapati, Surya/Sora, Wisnu, dan sebagainnya. Di Dunia Hindu, orang Bali adalah minoritas, jadi di Dunia, Sampradaya Hindu di Bali adalah minoritas dan sementara saat ini kita sedang berada pada era Globalisasi !
Mudah-mudahan kita bisa terbuka dan berpikir jernih dan lebih mengedepankan ke Hinduan dari pada adat yang selalu berubah. Gandhi mengatakan hendaknya kita berenang di atas adat/budaya, bukan tenggelam didalamnya.

Berikut adalah Lagu-Lagu yang Dinyanyikan:

1. Lagu pendahuluan sebagai pemujaan kepada Dewa Ganesha/Betara Gana

OM WAKRATUNDA MAHA KAYA
SURYA KOTI SAMA PRABHA
NIRWIGUNA GURUME DEWA
SARVA KARYESHU SARWADA

(Artinya: Tuhan dalam wujud Dewa Ganesha / Betara Gana yang memiliki cahaya setara dengan sejuta bintang, semoga Engkau menghancurkan semua penghalang dan semoga semua karya berhasil)


3. Lagu ini ditujukan sebagai pujaan kepada Dewa Gana, yang biasanya dipuja pertama kali sebelum Dewa lainnya. Sebab Beliau adalah Dewa penghancur semua penghalang, peminpin para Gana (makhluk gaib) dan pendorong keberhasilan.

GANESHA SARANAM, SARANAM GANESHA )
SAISHA SARANAM SARANAM SAISHA

(Artinya: Sujud dan pasrahkan diri ke kaki Tuhan dalam wujud Dewa Ganesha)


4. Lagu ini ditujukan kepada Tuhan sebagai GURU

JAYA GURU OM KARA JAYA JAYA SAD GURU OM KARA OM
BRAHMA WISNU SADHA SIWA
HARA HARA HARA HARA MAHADEWA OM...

(Artinya: Jayalah ! Aksara suci OM, Jayalah Guru Tertinggi: Brahma, Wisnu dan Sadha Siwa. Hara dan Mahadewa adalah nama atau gelar dari Dewa Siwa).

5. Lagu persembahan kepada Dewi Durga (Uma, Parwati), Laksmi dan Saraswati. Manifestasi Tuhan sebagai kekuatan wanita yang penuh welas asih dan penganugerah.

JAYA DURGA LAKSMI SARASWATI SAI JAGANMATA
SAI JAGAN MATA MAM PAHI JAGANMATA

(Artinya: Jayalah Ibu Dewi Durga/Uma (penganugerah kasih sayang dan perlindungan), Dewi Laksmi (penganugerah kemakmuran) dan Dewi Saraswati (pengetahuan dan kesenian). Engkaulah penguasa Bhuwana/Dunia, Oh Ibu, lindungilah hamba !)


6. Lagu pujaan kepada Dewa SIWA

OM NAMA SIWA YA SIWA YA NAMA OM

SIWA SIWA HARA HARA HARA YA NAMA OM
HARA HARA SIWA SIWA SIWA YA NAMA OM
HARA HARA MAHADEWA

(Artinya: Om Nama Siwa ya adalah mantra utama untuk memuja (Japa mantra) Siwa. Hara dan Mahadewa adalah gelar dari Siwa sebagai Dewa tertinggi.)

SAMBO MAHADEWA SIWA SAMBO MAHADEWA
HARA HARA YA BAWA BAWA YA SIWA SIWA YA NAMO NAMO
OM NAMA SIWAYA OM ..... OM NAMA SIWAYA OM

(Artinya: sambut dan sujudlah kepada Dewa Siwa dan rapalkan mantra: Om Nama Siwa ya).

7. Lagu PENUTUP

OM SRI RAM JAY RAM JAY JAY RAM
SITA RAM SITA RAM SITA RAM
RADESYAM RADESYAM RADESYAM

Artinya: Jayalah Ram, (wujud Tuhan yang merupakan gabungan dari dua mantra suci Om Nama Siwa ya dan Om Namo Narayana ya).

OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

MADE ASTANA
Dewan Pakar Lembaga Kajian & Penelitian (LKPP) PERADAH

posted by Bali @ 21.30  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Bali
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Bali Article
Page Rank

Free Alexa Rank Checker Script

© 2006 Bali Artilce .Bali Information by back