Makna karya Mamungkah, Pedudusan Agung, Ngenteg Linggih, Mendem Padagingan dan Ngusaba Desa Ngusaba Nini, kesadaran umat Hindu dalam mewujudkan baktinya ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa terus meningkat. Namun, dalam keikhlasannya mempersiapkan sarana upakara, terkadang umat tidak memahami makna yadnya serta simbol-simbol yang dibuatnya. Guna menyeimbangkan antara bakti dan pemahaman terhadap yadnya, umat hendaknya diberikan pencerahan tatwa (filsafat) berdasarkan sastra atau lontar. Demikian disampaikan Ida Pedanda Gede Made Gunung saat memberikan dharma wacana di hadapan krama Desa Pakraman Tegallalang, Gianyar terkait dengan pelaksanaan karya Mamungkah, Pedudusan Agung, Ngenteg Linggih, Mendem Padagingan dan Ngusaba Desa Ngusaba Nini, Minggu (26/9). ''Pemahaman umat tentang makna yadnya terkadang masih sangat kurang. Padahal kesadaran umat untuk menunjukkan rasa baktinya sudah didasari keikhlasan,'' ujarnya. Selebihnya, Ida Pedanda meminta umat dalam melaksanakan yadnya menghindari hal-hal yang bisa merongrong kesucian. Setidaknya, pembiayaan yadnya jangan sampai bersumber dari pengelolaan judi. Terlebih, krama pengemong karya menjadikan karya sebagai pelindung untuk melegalkan perjudian secara terbuka. Di sisi lain, Ida Pedanda mengingatkan umat Hindu untuk membudayakan diri menyelaraskan pemikiran, perkataan dan perbuatan. Jangan sampai, pikiran dan perkataan yang ideal namun implementasinya dalam bentuk tindakan tidak seiring. Orang Bali, kata dia, harus belajar menghormati orang, setidaknya dengan berbicara yang santun dan diiringi tata krama. Sebagai manusia, orang harus belajar ngeraos -- menganuti tata bahasa -- bukan belajar memunyi atau asal bicara. Orang yang hanya fasih memunyi itu identik dengan binatang. Selebihnya, Ida Pedanda lebih banyak menyinggung tentang makna ngusaba desa lan ngusaba nini. Dalam konteks ini, yadnya yang dilakukan identik dengan puji syukur atau selamat atas rahmat yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam konteks harfiahnya ngusaba desa juga bermakna permohonan agar para dewa melakukan sabha (paruman) untuk keselamatan alam dan warganya. |