Mlaspas berasal dari kata " pas-pas" artinya menggunakan bahan-bahan bangunan yang perlu saja, sedangkan sisanya dikembalikan ke alam semesta. Misalnya sebatang pohon yang tumbuh di kebun/hutan tidak seluruhnya digunakan untuk tiang bangunan pelinggih. Bagian yang diperlukan diminta kepada Hyang Widhi sedangkan yang tidak digunakan dikembalikan lagi dalam berbagai bentuk. Pengertian lebih luas dari istilah "mengembalikan" adalah upaya menanam bibit baru dari jenis pohon yang ditebang. . Asal kata dari "kukuh" artinya menyatu dan kuat. Dalam kaitan ini memakuh tujuannya menyatukan bagian-bagian bangunan pelinggih mulai dari pondamen, tiang dan atap, sehingga berbentuk suatu jenis bangunan misalnya "Meru", Padmasana, Piasan, dll. Jadi upacara memakuh dapat pula diartikan mewujudkan bentuk bangunan dari bahan-bahan: batu, semen, pasir, kayu, genting, dll. menjadi pelinggih, rumah, dll. Dengan kata lain yang tadinya berupa tumpukan material, sekarang sudah menjadi bangunan yang mempunyai nama. . Berasal dari kata: "urip" artinya hidup. Maksudnya adalah: segala sesuatu yang digunakan untuk bangunan yang diambil dari alam, dahulunya hidup. Misalnya pohon nangka, batu-batuan, pasir, tanah, dll. Setelah pohon ditebang, batu dipecah, pasir dikeruk, tanah dibakar (untuk batu-bata/ genting) maka bahan-bahan itu "mati". Segala apa yang mati adalah "bangkai". Agar supaya pelinggih (Niyasa) tidak terdiri dari bahan-bahan bangkai, maka bangunan itu perlu dihidupkan atau di-urip dengan puja mantra, dan upakara. . Asal katanya "pasupati" berarti menjadikan sakral. Bangunan pelinggih (Niyasa) perlu di-sakralkan dengan prosedur penyucian dan memohon nilai magis dari Hyang Widhi. Pelaksanaannya adalah dengan tirta pasupati dan "matatorek" yaitu memberi tanda dengan pewarna: merah (symbol Brahma), putih (symbol Siwa) dan hitam (symbol Wisnu) |